BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

BLog MElly

Sabtu, 13 Februari 2010

Majelis Ulama Indonesia : VALENTINE DAY HARAM

Setiap tanggal 14 Februari, remaja ramai-ramai merayakan Valentine Day atau Hari Kasih Sayang. Ucapan selamat, saling memberi hadiah, atau menggelar pesta, selalu menjadi tanda perayaan. Namun, dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), perayaan Valentine Day itu sama sekali haram.

Jakarta – Surya- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan kepada semua umat Muslim bahwa perayaan Valentine Day atau Hari Kasih Sayang, hukumnya haram. Menurut MUI, perayaan setiap 14 Februari itu banyak diisi hal-hal yang tidak bermanfaat.

“Dilihat dari perayaannya, karena banyak pesta, mabuk-mabukan, itu jelas haram. Jadi, tanpa mengeluarkan fatwa secara khusus, itu sudah jelas haram,” kata KH Ma’ruf Amin, Ketua Komisi Fatwa MUI, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (13/2).
Menyinggung tentang desakan dari kalangan DPR agar MUI mengeluarkan fatwa terkait perayaan Valentine Day, KH Ma’ruf Amin menjelaskan, soal pembuatan fatwa ini masih dibicarakan, apakah perlu dikeluarkan atau tidak.

“Tetapi, mudah saja bagi orang Muslim untuk mengetahuinya. Jika perayaan itu di luar aturan agama, pasti haram. Namun untuk membuat fatwa, kita perlu kajian terlebih dahulu,” katanya.
Sedangkan Ketua Harian MUI KH Amidhan mengatakan pihaknya sudah pernah membahas masalah ini. Intinya, MUI menganggap budaya hari kasih sayang ini mengarah pada pergaulan bebas antar-remaja, sehingga tentu menjadi hal yang dilarang bagi pemeluk Islam.

“Tidak semua persoalan harus dikeluarkan boleh tidaknya melalui fatwa. Ini berlaku juga juga untuk Valantine Day. Umat Islam juga sudah tahu, perayaan itu jika melanggar dari agama Islam, tentu saja dilarang,” ujar KH Amidhan kepada Surya, Rabu.

Apabila generasi muda muslim ingin ikut memberikan kasih sayang kepada sesama, menurutnya bisa diwujudkan dalam bentuk lain, dan tidak harus pada 14 Februari, seperti mengumpulkan dana untuk membantu korban banjir atau fakir miskin. “Setelah terkumpul, langsung diserahkan kepada yang terkena bencana atau fakir miskin. Itu lebih baik, juga sebagai bentuk memberikan kasih sayang,” saran Amidhan.

Secara terpisah, Anwar Saleh, anggota Komisi VIII DPR (bidangi agama), mendesak MUI mengeluarkan imbauan kepada umat Islam dalam menyikapi Valentine Day. Paling tidak, muda-mudi Islam tidak sampai melakukan hal-hal yang justru melanggar kaidah agama.

“Jadi, sangat perlu MUI mengeluarkan imbauan. Biasanya, perayaan Valentine menjurus ke hal-hal negatif yang dilakukan muda-mudi. Ada yang pesta narkoba, ada yang mabuk-mabukan. Kalau sudah begini, kan malah melanggar norma namanya,” ujar Anwar Saleh.

Desakan sama dikemukakan PP Muhammadiyah. “Memang sebaiknya MUI memberikan fatwa dengan mengadakan bimbingan terutama kepada muda-mudi Islam. Sebab, pengaruhnya pada generasi muda Islam sudah kebablasan. Jadi, fatwa itu diperlukan, bagaimana sebaiknya menghadapi peristiwa seperti Valentine Day itu,” kata Rosyad Soleh, Sekretaris PP Muhammaidyah, di Jakarta, Rabu.

Muhammadiyah, menurutnya, secara resmi belum memberi pernyataan terkait Valentine Day. Namun, itu tinggal menunggu waktu saja. “Kalau sekarang dikatakan mendesak, ya saya pikir dalam waktu dekat kami akan membahas itu,” ujar Rosyad.

Menurut dia, banyak orang Islam yang tahu perayaan Valentine adalah budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya Islam. Namun, tak sedikit remaja muslim akhirnya ikut-ikutan tanpa memahami falsafah latar belakang perayaan itu.

Dan proses sosialiasi Valentine Day ke remaja Indonesia itu terbantu juga oleh peran media massa. “Juga peran besar dari para pelaku bisnis yang memang menuai keuntungan besar dari perayaan Valentine. Ada upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, yang meraup keuntungan sangat besar dari even itu untuk membesar-besarkan perayaan Valentine ini,” sambung Rosyad.

Sedangkan PBNU menilai bahwa ada tidaknya fatwa MUI terkait Valentine Day, tidak serta merta akan menyelesaikan pro kontra Valentine Day. “Karena perilaku orang bergantung pada seberapa jauh memahami tentang nilai yang dia yakini itu. Tidak bisa dengan hal yang formalistis. Nanti kan kalau fatwa itu boleh atau tidak boleh, tetap saja itu kembali ke perilaku masing-masing. Kalau orangnya nggak paham tetap saja dia akan melanggar,” ujar Ahmad Bagja, Ketua PBNU, Rabu.

Menurut Ahmad, hal yang paling penting adalah organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan para da’i lebih berusaha untuk meningkatkan pengajaran dan pengamalan agama.Kalau pemahaman ajaran Islam sudah dipahami dengan benar, dengan sendirinya perayaan Valentine Day tak akan menjadi agenda bagi muda-mudi Islam.

Sikap resmi terkait Valentine Day dikeluarkan oleh MUI Sumatera Utara (Sumut). Ketua MUI Sumut Prof Dr Abdullah Syah MA menegaskan haram hukumnya bagi umat Islam ikut merayakan Valentine Day. Penegasan itu disampaikan melalui larangan resmi, Rabu.
Menurut Abdullah Syah, Valentine Day bukan cerminan budaya bangsa Indonesia, tetapi budaya asing. “Budaya kebarat-baratan, tidak perlu dicontoh umat Islam karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya,” katanya.

LARANGAN MERAYAKAN VALENTINE

Valentine Menurut Islam
………
Valentine Menurut Islam - blackrose
Hukum Merayakan Valentine Menurut Islam

Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno/valentine ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu, secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine's Day. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sbb: "Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dlm tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno. Telah dijelaskan dalam Al- Qur'an. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1- 6). Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain. Valentine Berasal dari Budaya Syirik. Ken Swiger dalam artikelnya "Should Biblical Christians Observe It?" mengatakan, "Kata "Valentine" berasal dari bahasa Latin yang berarti, "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa". Kata ini ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi". Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi "to be my Valentine", berarti sama dengan kita meminta orang menjadi "Sang Maha Kuasa". Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si "Cupid (bayi bersayap dengan panah)" itu adalah putra Nimrod "the hunter" dewa matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini. Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik. Semangat valentine adalah Semangat Berzina Perayaan Valentine's Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih. Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa. Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan.

Rabu, 20 Januari 2010

adab dan akhlak menuntut ilmu

Adab dan Akhlak dalam Menuntut Ilmu

Oleh Ade Nurdiansyah, S.Pd

Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.

Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.

Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah

  1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
  2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
  3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
  4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
  5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
  6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.

Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka, begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2 sayap, iman dan ilmu. Insya Allah... kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.

Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:

  1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
  2. tidak berbuat maksiat
  3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
  4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
  5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
  6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
  7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

Adab dan akhlak terhadap guru

Adab murid kepada guru

  • menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
  • tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
  • jujur dan setia bersama guru
  • bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
  • hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
  • tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
  • tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
  • berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
  • selalu berusaha menyenangkan hati guru
  • memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
  • berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
  • membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
  • tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
  • tidak terbahak-bahak di depan guru
  • tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
  • selalu duduk dalam sikap sopan
  • berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru

Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.

Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.